Momen Bersejarah Maulid Nabi, Mengenang Kelahiran Nabi Muhammad SAW dan Ajarannya

Bayu Aria
5 Min Read
Ilustrasi cahaya terang benderang menerangi bumi saat kelahiran Nabi Muhammad SAW.

TELUSUR BISNIS – Maulid Nabi atau kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah dalam sejarah Islam. Peristiwa ini menjadi titik awal perubahan besar bagi masyarakat Arab yang kala itu hidup dalam kebodohan dan ketidakadilan.

Kelahirannya, Nabi Muhammad SAW membawa cahaya petunjuk yang mengubah peradaban manusia hingga saat ini. Setiap tahunnya, umat Muslim di seluruh dunia memperingati kelahiran beliau sebagai Maulid Nabi, yang tahun ini jatuh pada 16 September 2024.

Nabi Muhammad SAW lahir pada 12 Rabiul Awwal, tahun Gajah atau sekitar tahun 570 Masehi, di Kota Mekah. Hari kelahirannya jatuh pada hari Senin, sebagaimana diriwayatkan dalam hadis dari Abu Qatadah.

Beliau mengisahkan bahwa hari kelahirannya bukan hanya sebagai hari kelahiran fisik, tetapi juga sebagai momen diangkatnya beliau sebagai Nabi dan turunnya wahyu Al-Qur’an pertama kali kepadanya. Peristiwa ini merupakan tanda awal dari perjalanan spiritual Nabi yang akan mengubah sejarah manusia.

Nabi Muhammad SAW lahir tanpa kehadiran seorang ayah. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, meninggal dunia saat Aminah binti Wahab, ibunda Nabi, masih mengandungnya. Abdullah, seorang saudagar yang dihormati di kalangan Quraisy, meninggalkan dunia ketika Aminah mengandung Nabi Muhammad SAW selama dua bulan.

Hal ini memberikan beban emosional yang besar bagi Aminah, namun ia tetap menyaksikan tanda-tanda kemuliaan yang akan diberikan kepada putranya. Sejak lahir, Rasulullah tumbuh dalam kasih sayang sang kakek, Abdul Muthalib.

Namun, karena tradisi pada masa itu, Nabi Muhammad diserahkan kepada seorang ibu susu, Halimah binti Abi Dzuaib, yang berasal dari Bani Sa’ad bin Bakar. Halimah pada awalnya ragu untuk mengambil bayi Muhammad karena mengharapkan imbalan dari ayah yang sudah tiada.

Namun, setelah menerima tugas mulia tersebut, ia dengan sepenuh hati merawat dan membesarkan Nabi selama empat tahun di lingkungan yang bersih dan berbahasa Arab fasih.

Setelah empat tahun bersama Halimah, Nabi Muhammad SAW kembali ke pangkuan ibunya, Aminah. Namun, tidak lama setelah itu, di usia enam tahun, Aminah jatuh sakit dan meninggal dunia. Kehilangan ibunya membuat Rasulullah semakin dekat dengan kakeknya, Abdul Muthalib.

Sayangnya, kebahagiaan bersama kakek yang sangat dicintainya tidak berlangsung lama, karena dua tahun kemudian, Abdul Muthalib juga meninggal dunia. Kehilangan tiga orang terdekat di usia muda meninggalkan luka mendalam bagi Rasulullah.

Setelah kepergian sang kakek, Nabi Muhammad SAW tinggal bersama pamannya, Abu Thalib. Meskipun hidup serba kekurangan, Abu Thalib selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keponakannya.

Paman Nabi ini tidak hanya melindungi dan merawatnya, tetapi juga mengajarkan berbagai keterampilan hidup, termasuk berdagang. Sejak kecil, Rasulullah ikut serta dalam perjalanan bisnis pamannya ke Negeri Syam, yang menjadi dasar penting dalam kehidupan ekonominya di masa depan.

Ketika dewasa, Rasulullah dikenal sebagai pedagang yang jujur dan amanah. Di tengah perjalanan bisnisnya, ia bertemu dengan Khadijah binti Khuwailid, seorang saudagar perempuan yang sangat dihormati.

Khadijah kagum dengan kejujuran dan karakter Nabi, hingga akhirnya mereka menikah. Dari pernikahan ini, Rasulullah dikaruniai tujuh anak, termasuk Fatimah yang kelak akan melanjutkan garis keturunan beliau.

Pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di Gua Hira. Saat itu, beliau diperintahkan untuk mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun. Setelah itu, Allah menurunkan wahyu yang memerintahkannya untuk berdakwah secara terang-terangan kepada masyarakat Mekah.

Tugas besar ini dijalani dengan penuh pengorbanan dan kesabaran meskipun menghadapi banyak rintangan dari kaumnya sendiri. Dakwah Rasulullah akhirnya membawa perubahan besar bagi masyarakat Arab dan dunia.

Ajaran Islam yang dibawa oleh beliau menyebar ke berbagai penjuru dunia dan menjadi pedoman hidup bagi umat Muslim hingga hari ini. Dengan keteladanan yang beliau tunjukkan, umat Islam di seluruh dunia mengenang perjuangan beliau setiap peringatan Maulid Nabi.

Memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai acara seremonial, tetapi juga sebagai momen refleksi dan pengingat bagi kita semua. Kisah hidup beliau mengajarkan tentang perjuangan, pengorbanan, dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan.

Dari setiap episode kehidupannya, ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga dengan mengenang kelahiran Nabi, kita dapat senantiasa mengikuti ajaran beliau dan menjadi umat yang lebih baik. (*)

Share This Article
Leave a comment