TELUSUR BISNIS – Sebuah studi terbaru mengungkapkan kecerdasan buatan (AI) generatif berpotensi menghasilkan hingga 5 juta ton limbah elektronik (e-waste) setiap tahun pada 2030.
Studi tersebut dipimpin Peng Wang dari Akademi Ilmu Pengetahuan China dengan kontribusi ilmuwan dari Israel, yang memperkirakan bahwa tanpa intervensi, AI akan menghasilkan 1,2 hingga 5 juta ton e-waste pada akhir dekade ini.
Lonjakan e-waste ini setara dengan miliaran unit smartphone atau ribuan pesawat Boeing 747, dan bisa memperburuk krisis sampah beracun global. E-waste tersebut mencakup hingga 1,5 juta ton papan sirkuit cetak dan 0,5 juta ton baterai berbahaya.
Peningkatan e-waste terjadi karena pesatnya pengembangan AI dan pusat data, yang memerlukan perangkat keras berperforma tinggi dengan siklus hidup singkat.
Infrastruktur ini terus diperbarui untuk mendukung aplikasi AI generatif yang memerlukan server dan prosesor kuat, namun menimbulkan banyak barang elektronik yang terbuang.
Limbah ini terkonsentrasi di wilayah seperti Amerika Utara, Eropa, dan Asia Timur. Sebagian besar limbah elektronik, termasuk komputer, ponsel, dan perangkat server, tidak didaur ulang dan hanya menumpuk di tempat pembuangan sampah atau diekspor ke negara berpenghasilan rendah.
Para peneliti menyarankan strategi ekonomi sirkular untuk mengurangi dampak AI pada e-waste hingga 86 persen. Solusi ini mencakup memperpanjang umur perangkat, menggunakan kembali komponen, serta mendaur ulang bahan seperti tembaga dan emas, yang dapat mengurangi produksi lebih dari tiga juta ton e-waste. (*)
Sumber: Baca berita selengkapnya di CNBC Indonesia