Indonesia Unjuk Gigi, BBIB Singosari Jadi Magnet Negara Islam Soal Kawin Suntik Sapi

Bayu Hidayah
3 Min Read

Malang, TELUSURBISNIS.COM – Indonesia kembali unjuk kemampuan di panggung global. Kali ini lewat Kementerian Pertanian, yang mengandalkan Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, pusat kawin suntik unggulan Tanah Air, untuk menggelar pelatihan internasional bertajuk Workshop on Artificial Insemination Management for IsDB Member Countries.

Bekerja sama dengan Islamic Development Bank (IsDB), workshop yang berlangsung 15–21 Juni 2025 ini tak cuma jadi ajang pelatihan, tapi juga menjadi panggung diplomasi inovasi teknologi peternakan Indonesia kepada dunia.

“Peternakan bukan sekadar soal sapi dan susu, tapi soal ketahanan pangan, lapangan kerja, hingga pengentasan kemiskinan,” tegas Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, saat membuka workshop secara resmi di BBIB Singosari, Malang.

Solusi Defisit Daging, Indonesia Gaungkan Kawin Suntik

Di tengah upaya Indonesia menyukseskan program Makan Bergizi Gratis (MBG), kebutuhan akan protein hewani melonjak. Sayangnya, pasokan dalam negeri masih tertinggal.

Untuk menambalnya, pemerintah berencana mengimpor satu juta indukan sapi perah dan satu juta indukan sapi pedaging dalam lima tahun ke depan (2025–2029).

Inseminasi buatan pun menjadi andalan. “IB adalah cara tercepat mempercepat populasi sekaligus memperbaiki mutu genetik ternak,” jelas Agung.

Hingga kini, Indonesia punya 15 stasiun IB yang mendukung program nasional, dengan BBIB Singosari sebagai tulang punggungnya. Tak tanggung-tanggung, semen beku dari BBIB ini sudah terbang ke berbagai negara: Malaysia, Myanmar, Afghanistan, hingga Madagaskar.

BBIB Singosari, Bintang di Antara Negara Sahabat

Dipercaya jadi tuan rumah workshop, BBIB Singosari sukses menghadirkan peserta dari lima negara anggota IsDB: Senegal, Tunisia, Oman, Mesir, dan Uzbekistan. Kepala BBIB Singosari, Akbar, menyebut momen ini sebagai kesempatan emas untuk mempererat jaringan antarnegara.

“Workshop ini bukan cuma soal transfer ilmu, tapi juga forum untuk saling berbagi tantangan dan peluang di sektor peternakan masing-masing,” ujar Akbar.

Sebagai Center of Excellence, BBIB tak cuma dikenal di Asia, tapi juga mulai mendapat pengakuan global. Selama bertahun-tahun, lembaga ini telah melatih banyak tenaga ahli asing dalam bidang reproduksi ternak.

Soft Diplomacy ala Peternakan

Pelatihan seperti ini menjadi bagian dari strategi diplomasi lunak Indonesia. Tak melulu lewat politik atau budaya, tapi lewat teknologi dan keahlian di sektor peternakan.

Kementerian Pertanian memastikan, kontribusi Indonesia dalam teknologi inseminasi buatan akan terus digaungkan, tak hanya demi ketahanan pangan nasional, tapi juga sebagai sumbangsih nyata bagi pembangunan peternakan berkelanjutan di negara-negara sahabat.

“Lewat IB, Indonesia tidak hanya bicara soal sapi. Kita sedang bicara tentang masa depan pangan dunia.” ***

 

 

Share This Article
Leave a comment