Jawa Barat Pacu Ekonomi Lewat Kawin Silang Tradisi dan Digitalisasi

Bayu Hidayah
3 Min Read

Karawang, TELUSURBISNIS.COM – Jawa Barat tampaknya tak main-main dalam menjaga stabilitas ekonominya. Alih-alih hanya mengandalkan pendekatan konvensional, Pemprov Jabar kini meramu strategi unik: mengawinkan kekuatan tradisi lokal dengan sentuhan digitalisasi.

Strategi ini mengemuka dalam agenda “Pasamoan Agung” yang digelar di Gedung Disparbud Karawang, Rabu (11/6). Sekda Jabar, Herman Suryatman, menyebut sinergi tradisi dan teknologi adalah kunci untuk menghadapi tantangan ekonomi global—dari inflasi hingga ketimpangan daya beli.

“Inflasi itu ibarat pisau bermata dua. Kalau terlalu tinggi, konsumen tercekik. Tapi kalau terlalu rendah, produsen yang megap-megap. Idealnya dikunci di sekitar 2,5 persen,” tegas Herman.

Saat ini, inflasi Jabar tercatat di level 1,47 persen. Masih aman. Namun Herman mengingatkan, jangan terlena. Justru di titik inilah strategi berbasis keluarga—seperti ekonomi tradisi—harus diaktifkan.

Dari Sawah Sampai Halaman Rumah: Ekonomi Tradisi Jadi Senjata Baru

Bukan jargon belaka, konsep ekonomi tradisi yang ditawarkan Pemprov ternyata sangat membumi. Mulai dari menanam cabai di pekarangan, memanfaatkan lahan sawah secara multiguna, hingga menghidupkan usaha mikro berbasis lokal.

“Jangan biarkan lahan tidur. Sawah bukan cuma buat padi, bisa juga ditanami kacang atau cengek. Efeknya ke pengeluaran rumah tangga, bahkan berimbas ke daya beli masyarakat,” jelas Herman.

Daya beli inilah yang jadi motor utama pertumbuhan ekonomi. Saat konsumsi masyarakat naik, pertumbuhan ekonomi ikut terdongkrak. Targetnya jelas: membawa angka pertumbuhan dari 4,9 persen ke atas 5 persen di akhir 2025.

Belanja Cepat, Tepat, dan Berkualitas

Tak hanya mengandalkan konsumsi, pemerintah juga tancap gas di sisi belanja. Herman menyebut, belanja pemerintah harus dipercepat serapannya. Namun, bukan sekadar cepat, kualitas juga harus diutamakan.

“Uangnya boleh cepat cair, tapi harus tepat sasaran dan punya dampak nyata bagi masyarakat,” katanya.

Jabar Masih Primadona Investor, Tapi…

Jawa Barat mencetak rekor investasi Rp251 triliun tahun lalu—tertinggi se-Indonesia. Meski begitu, Herman menyoroti soal inklusivitas.

“Investasi jangan hanya padat modal dan teknologi. Kita butuh yang padat karya juga, agar banyak tenaga kerja lokal terserap,” tambahnya.

Ekspor-Impor dan Pendidikan Tak Ketinggalan

Pemprov juga mendorong ekspor dan membatasi impor barang konsumsi tak produktif. Selain itu, kualitas pendidikan disebut sebagai penopang penting agar SDM lokal tak cuma jadi penonton dalam geliat industri.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jabar, Muhammad Nur, mendukung penuh langkah ini. Menurutnya, digitalisasi harus didorong berdampingan dengan pelestarian nilai-nilai budaya.

“Dengan budaya kita membumi, dengan teknologi kita melangit. Itulah keunikan Jawa Barat,” pungkas Herman, menutup forum. ***

 

Share This Article
Leave a comment