Bandung Barat, TELUSUR BISNIS – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan produk modern, Zakaria, yang akrab disapa Mang Iya, masih setia menjalani profesi sebagai perajin bambu.
Pada usia 47 tahun, Mang Iya menjadi salah satu tulang punggung ekonomi keluarganya melalui keahlian uniknya dalam membuat berbagai produk dari bambu, seperti kursi, meja, tirai, tangga, dan rak sepatu.
Saat ditemui Mediaseruni (Grup Telusur Bisnis) di kediamannya di Kampung Cicapar Girang, RT 01 RW 04, Desa Situwangi, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, Mang Iya tengah asyik membuat meja dari bambu.
Dengan tangan yang telaten dan penuh kehati-hatian, ia membelah bambu dengan ketelitian yang tinggi, menciptakan karya seni yang siap dijadikan furnitur. “Dari kerajinan bambu ini, saya dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga,” ungkap Mang Iya.
Dalam sehari, ia mampu memproduksi dua kursi panjang atau tiga hingga empat pasang kursi pendek. Jika dikerjakan secara lembur, satu set kursi yang biasanya memerlukan dua hari kerja bisa selesai lebih cepat.
Pemasaran yang Kreatif
Mang Iya tidak bekerja sendiri. Ia sering kali memasarkan hasil kerajinannya bersama anaknya. “Setiap kali selesai membuat satu atau dua kursi, saya langsung memasarkan dengan berjalan kaki,” katanya.
Meskipun terdengar sederhana, metode ini menunjukkan dedikasi dan semangatnya dalam menjalankan usaha. Hasil penjualan menjadi modal penting baginya untuk membeli bahan baku, seperti bambu, paku, dan pernis.
“Sisanya saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” tambahnya. Meskipun pekerjaan ini memberikan penghasilan yang tidak menentu, Mang Iya berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga roda ekonomi keluarganya tetap berputar.
Harapan untuk Masa Depan
Bersama dengan tekad dan kerja keras, Mang Iya memiliki harapan untuk meningkatkan usahanya. “Saya ingin ada stok barang, agar jika ada pesanan, kami bisa langsung mengirimnya ke konsumen,” ungkapnya.
Ia menyadari bahwa memiliki persediaan barang yang cukup akan mempermudah proses penjualan dan memenuhi permintaan pelanggan. Selain itu, Mang Iya berharap ada dukungan modal untuk membantu usahanya. “Kalau ada satu juta pun, Alhamdulillah,” ujarnya dengan harapan yang tulus.
Meski penghasilan bulanan yang diterimanya sekitar dua juta rupiah, ia tetap berkomitmen untuk menggunakan sebagian besar hasilnya sebagai modal untuk usaha yang lebih baik di masa mendatang.
Kisah Zakaria atau Mang Iya bukan hanya sekadar tentang kerajinan bambu, tetapi juga tentang ketekunan, cinta terhadap tradisi, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Di tengah tantangan yang dihadapi, semangatnya untuk bertahan dan berkembang patut dicontoh. Dengan dukungan yang tepat, tidak ada yang tidak mungkin bagi seorang pengrajin yang penuh dedikasi seperti Mang Iya untuk mewujudkan impiannya. (Dadan/*)