Karawang, TELUSUR BISNIS – Mak Atikah harus menjalani masa tuanya dalam kesulitan hidup. Di usianya yang kini sudah menginjak 66 tahun, ia terpaksa tinggal di rumah yang sudah tidak layak huni (rutilahu) dengan kondisi memperihatinkan.
Mak Atikah, demikian sapaanya, tinggal di Kampung Jati Udik 1, RT05/RW01, Kelurahan Tunggak Jati, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, kini ia ini harus tinggal di rumah yang sudah reyot dan hampir roboh lantaran tak memiliki lagi rumah tinggal yang layak.
Meski begitu, tak ada raut kesedihan tampak pada wajahnya. Dia seperti sudah sangat biasa menjalani hidup yang begitu sulit dan pasrah bersama anaknya.
Atikah menceritakan kisahnya tinggal di rumah tersebut. Ia mengaku tinggal bersama anaknya Kara sejak suaminya meninggal dunia puluhan tahun silam.
Kini, rumahnya tidak sekokoh dulu, malahan terbilang tidak layak huni.Dulu Ia pernah merasakan bantuan pemerintah meskipun hanya sekali saja, namun saat ini tidak mendapatkan bantuan sama sekali.
Meski begitu, dia tidak pernah berkeluh kesah, kecewa ataupun sakit hati. Ia pasrahkan diri kepada sang Kholik.
“Saya tidak pernah kecewa atau kesal walau tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Dengan keadaan seperti ini pun sudah cukup,” ucap Atikah.
Senyum mengembang di wajahnya menandakan sudah siap melangkah mengais rezeki. Atikah bergegas menawarkan jasa kepada siapapun yang membutuhkan tenaga Atikah. Dengan hasil pas-pasan ditambah kerjaan tak menentu ia lakoni hampir puluhan tahun
Perempuan sang kepala Keluarga berusia 66 tahun itu tinggal di rumah berukuran 4 x 5 meter, dinding anyaman bambu, lantai beralasakan tanah, dihiasi 1 kamar tidur reot tanpa kamar mandi, cuci, kakus (MCK) sedangkan atap genteng bolong dilapisi terpal biru.
Ia terpaksa tinggal di rumah yang sudah tidak layak huni (rutilahu) dengan kondisi memperihatinkan bersama sang anak lantaran tak memiliki biaya memperbaiki rumah miliknya. Jangankan biaya merenovasi rumah, untuk makan sehari-hari saja ia kesulitan.
Meski demikian, tak ada raut kesedihan tampak pada wajahnya. Dia seperti sudah sangat biasa menjalani hidup yang begitu sulit dan pasrah. “Ya Alhamdulillah, buat makan sehari-hari, kita berdua sudah terbiasa hidup mandiri,” jelas Samad.
Ia khawatir, sesekali rumahnya yang terbuat dari bilik bambu itu ambruk kala hujan angin disertai angin kencang menimpa. Terlebih malam hari, Samad tak bisa tidur nyenyak dengan kondisi itu.
“Kalau hujan takut, apalagi kena angin kencang takut ambruk, udah pada bolong dindingnya,” kata Atikah seraya muka penuh melas.
Atikah mengakui bantuan sosial (bansos) dari pemerintah yang kurang merata. Dirinya juga amat sangat kesulitan mencari pekerjaan yang layak di tanah kelahirannya.
Mirisnya, kondisi ini mengingatkan kita pada kemiskinan ekstrim di wilayah Kabupaten Karawang kian memprihatinkan, banyak dari warga berpenghasilan rendah keluhkan bantuan pemerintah kurang dirasakan manfaatnya.
Jika boleh berharap, kata dia, adanya bantuan pemerintah yang mengalir kepada keluarga Atikah. Agar sedikitnya membantu ditengah himpitan ekonomi serba sulit.
“Kami berharap ingin di perhatikan dengan pemerintah Karawang bisa membantu kami dengan kondisi rumah saya dan ingin bisa merasakan manfaat bantuan program dari pemerintah Karawang khususnya,” pungkasnya. (Andyka/Telusur Bisnis)