TELUSUR BISNIS – Pelaku pasar uang elektronik menilai September sebagai bulan yang kurang baik bagi performa Bitcoin. Terlebih sejak awal September ini, Bitcoin, kripto terbesar di dunia mengalami penurunan nilai.
Mengacu data Refinitiv, pada Senin, 2 September 2024, harga Bitcoin terpantau turun 1,91 persen ke level US$57.306, posisi terendah sejak 15 Agustus 2024. Penurunan ini berlanjut sejak 30 Agustus 2024.
Pelemahan ini mencerminkan pola historis di mana bulan September menjadi bulan terburuk bagi performa Bitcoin dengan total pelemahan sekitar 66 persen dan rata-rata depresiasi bulanan sebesar 4,4 persen.
Tekanan ini semakin diperburuk oleh arus keluar dana yang signifikan dari ETF Bitcoin Spot di AS. Data dari Farside menunjukkan net outflow sebesar US$175,6 juta atau sekitar Rp2,72 triliun (kurs Rp15.550/US$) pada 30 Agustus 2024, dipimpin oleh Grayscale (GBTC).
Arus keluar ini terjadi selama empat hari berturut-turut sejak 27 Agustus 2024, dengan total mencapai US$ 479,8 juta atau sekitar Rp 7,44 triliun.
Meski mengalami penurunan harga, Bitcoin tetap menjadi kripto tertua dengan kapitalisasi pasar terbesar dan diakui oleh banyak negara, termasuk Amerika Serikat. Bahkan, Bitcoin digunakan sebagai alat pembayaran resmi di beberapa negara, seperti El Salvador.
Data dari Cryptonews mencatat akumulasi sebesar US$23 miliar dalam alamat pemegang permanen BTC selama sebulan terakhir, menunjukkan keyakinan jangka panjang dari entitas besar, termasuk institusi dan pemerintah, terhadap nilai Bitcoin.
Kendati demikian, Bitcoin memiliki potensi pertumbuhan besar di pasar yang bergejolak, didorong oleh adopsi yang luas dan inovasi dalam teknologi blockchain.
Bitcoin adalah aset dengan likuiditas tinggi yang dapat diperdagangkan di berbagai bursa global, memberikan fleksibilitas investasi yang luas. Dengan protokol kriptografi canggih, Bitcoin adalah salah satu aset digital paling aman untuk disimpan dan diperdagangkan.
Pasokan maksimum Bitcoin yang terbatas pada 21 juta unit mendukung kelangkaan dan retensi nilainya, menjadikannya menarik sebagai investasi jangka panjang.
Bitcoin tidak berkorelasi langsung dengan aset tradisional seperti saham dan obligasi, sehingga dapat membantu mengurangi risiko keseluruhan dalam portofolio investasi.
Meskipun tantangan di bulan September, Bitcoin terus menunjukkan daya tarik sebagai aset digital yang kuat dan potensial untuk investasi jangka panjang. (*)