Kabupaten Sukabumi, TELUSURBISNIS.COM – Menjelang Ramadan, masyarakat Sunda di Sukabumi punya cara unik menyambut bulan suci: tradisi Papajar . Ritual ini menggabungkan spiritualitas, kebersamaan, dan kegembiraan ala tanah Pasundan.
Apa Itu Papajar?
Istilah Papajar berasal dari bahasa Sunda “mapag pajar” (menjemput fajar). Dulunya, tradisi ini dilakukan para ulama dari Cianjur yang berkumpul di Masjid Agung atau alun-alun untuk menunggu pengumuman awal Ramadan. Setelah mendapat kepastian, mereka pulang ke kampung halaman sambil membawa bekal makanan. Selama perjalanan, mereka makan bersama (botram) sembari menunggu fajar.
Papajar Modern di Sukabumi
Kini, Papajar lebih identik dengan rekreasi bersama keluarga atau komunitas. Warga Sukabumi biasanya mengunjungi wisata alam seperti Pantai Palabuhanratu atau Curug Cikaso. Mereka berbotram, berdoa, dan memperkuat silaturahmi. “Ini momen membersihkan hati dan menyatukan niat untuk ibadah puasa,” kata Asep, tokoh masyarakat setempat.
Makna Mendalam di Balik Tradisi
Papajar bukan sekadar jalan-jalan. Aktivitas makan bersama simbol kebersamaan, sementara “menjemput fajar” mengajarkan kesiapan mental menyambut Ramadan. “Dari dulu sampai sekarang, Papajar jadi pengingat agar puasa kita lebih khusyuk,” ujar Ustadz Rudi, pengurus masjid di Sukabumi.
Antara Wisata dan Spiritualitas
Meski kini banyak dikaitkan dengan liburan, esensi Papajar tetap terjaga. Sebelum berangkat, warga biasanya mengadakan pengajian atau salat berjamaah. Bahkan, sebagian komunitas masih mempertahankan tradisi botram ala para ulama tempo dulu.
Pertanyaan yang Menggugah
Bagaimana generasi muda bisa memaknai Papajar di era modern? Apakah tradisi ini bisa bertahan di tengah gempuran budaya instan? Jawabannya mungkin ada di tangan masyarakat Sukabumi sendiri. (Andi)