TELUSURBISNIS.COM – Peristiwa tak terduga melibatkan seorang pedagang es teh, Suharji, menjadi sorotan publik setelah insiden di sebuah acara keagamaan. Video yang memperlihatkan penceramah kondang, Gus Miftah, melontarkan olok-olok kepada Suharji di sebuah pondok pesantren di Magelang, Jawa Tengah, viral di media sosial. Momen ini menuai berbagai reaksi, mulai dari kecaman hingga empati, yang akhirnya berujung pada kisah penuh haru.
Tertawa di Tengah Olok-Olok: Sosok yang Ikut Disorot
Dalam video yang viral, sosok pria berkacamata dan mengenakan jas hitam tampak tertawa keras ketika Gus Miftah melontarkan candaan yang dianggap kasar kepada Suharji. Belakangan diketahui, pria tersebut adalah K.H. Usman Ali Salman, pengasuh Pondok Pesantren API Al-Huda Nepak, Magelang.
Menurut laman Ma’arif NU Jateng, Usman adalah salah satu tokoh ulama NU di wilayah Magelang. Lahir pada 5 Juli 1975 di Dusun Gedongan, Magelang, ia menempuh pendidikan di Pondok Pesantren API Tegalrejo selama 13 tahun sebelum mendirikan pesantren sendiri. Saat awal mendirikan pondok, ia hanya memiliki empat santri dalam setahun, namun kini pesantrennya menjadi salah satu yang berpengaruh di wilayah tersebut.
Gus Miftah Klarifikasi: “Itu Hanya Candaan”
Menanggapi kontroversi yang muncul, Gus Miftah memberikan klarifikasi dan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.
“Saya sering bercanda dengan siapa pun, termasuk dalam ceramah. Namun, atas candaan ini, saya meminta maaf kepada yang bersangkutan secara langsung. Semoga saya dibukakan pintu maaf,” ujar Gus Miftah dalam sebuah wawancara di YouTube pada Rabu (4/12/2024).
Ia juga meminta maaf kepada masyarakat yang merasa terganggu dengan candaannya. “Saya introspeksi untuk lebih berhati-hati saat berbicara di depan publik,” tambahnya.
Bantuan Mengalir untuk Pedagang Es Teh
Meski sempat menjadi korban olok-olok, Suharji justru menerima berbagai bentuk dukungan dari masyarakat dan tokoh terkenal. Salah satunya adalah janji untuk memberangkatkannya umrah.
Dalam sebuah video yang diunggah akun Instagram @fakhru_ans_official, Anshar, seorang tokoh publik, menyatakan akan memberangkatkan Suharji ke Tanah Suci pada bulan Ramadan mendatang. “Insya Allah, di awal Ramadan beliau akan saya berangkatkan umrah,” ungkapnya.
Selain itu, Presiden Prabowo Subianto melalui akun resmi Partai Gerindra juga memberikan perhatian. Dalam unggahannya, Prabowo menjanjikan bantuan modal usaha untuk Suharji agar ia dapat terus menafkahi keluarganya dengan usaha dagang yang lebih baik.
Duka dan Empati dari Warganet
Video penghinaan ini tidak hanya memicu kemarahan, tetapi juga melahirkan gelombang empati di kalangan warganet. Banyak yang merasa terharu melihat perjuangan Suharji mencari nafkah dengan cara yang halal.
“Saya merasa sedih sebagai sesama kepala keluarga. Apa yang dilakukan Suharji adalah kerja keras yang mulia,” ujar Anshar dalam video klarifikasinya.
Tidak sedikit warganet yang berinisiatif untuk mencari tahu alamat Suharji agar dapat memberikan dukungan langsung. Solidaritas semacam ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki empati tinggi terhadap sesama, terutama mereka yang dianggap terpinggirkan.
Gus Miftah dan Kontroversi Sebelumnya
Insiden ini bukan kali pertama Gus Miftah menuai kontroversi. Sebelumnya, ia juga mendapat sorotan ketika videonya menoyor kepala sang istri di depan umum viral. Saat itu, Gus Miftah menjelaskan bahwa tindakannya adalah bagian dari candaan dan kebiasaan sehari-hari dalam keluarganya.
“Istri saya tahu itu candaan, dan malah tertawa. Namun, tindakan tersebut justru di-framing negatif oleh sebagian pihak,” ujar Gus Miftah saat klarifikasi.
Pelajaran dari Kisah Suharji: Kesempatan di Balik Ujian
Meski awalnya menjadi korban hinaan, kisah Suharji menunjukkan bagaimana ujian dapat berubah menjadi keberkahan. Berbagai bantuan yang ia terima, termasuk umrah dan modal usaha, menjadi bukti bahwa solidaritas masyarakat Indonesia masih sangat kuat.
Bagi Gus Miftah, insiden ini menjadi momen introspeksi untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan kata-kata di depan publik. Sementara itu, bagi masyarakat, kisah ini mengajarkan pentingnya menghormati setiap profesi, tanpa memandang besar kecilnya pendapatan yang diperoleh.
Kesimpulan: Hormati Setiap Perjuangan
Kisah ini menjadi pengingat bahwa setiap pekerjaan memiliki nilai dan martabat. Tidak ada yang berhak merendahkan upaya seseorang, sekecil apa pun itu, dalam mencari nafkah yang halal.
Solidaritas masyarakat dan berbagai bantuan yang mengalir menunjukkan bahwa di balik setiap kesulitan, selalu ada pertolongan yang datang dari arah yang tak terduga. Sebuah pelajaran berharga untuk semua, bahwa menghormati sesama adalah kunci untuk menjaga harmoni dalam masyarakat.